Rabu, 27 Juli 2011

Belajar Bijak Dari Se(Banyak) Kotak Donat

Hidup ini dalam presepsi seorang donator (penjual donat). bagaikan sebuah donat (tentunya yang masih anget dan bukan bekas), setiap sisinya terassa lezat, apalagi bila kita memakanya seolah ia adalah donat pertama yag kita nikmati. begitu pun hidup. didalamnya akan muncul banyak hal baru yang akan menyapa kita dan belum pernah kita dapati sebelumya. akan terasa manis dan nikmat bila kita memandang dan menjalani setiap episode kehidupan ini layaknya menikmati donat yang fress from the oven - donat segar yang kita makan saat lapar. jalanilah setiap slide dari babak andiwara dunia ini seolah kita memerankanya untuk yang pertama kali. seakan kita peroleh peran yang kita dambakan sejak lama. kita lulus casting saat lulus audisi dan kita la yang satu satu nya mendapatkan peran itu.


jalanya skenario sangat bisa jadi tidak secara keseluruhan terasa menyenangkan layaknay varian donat: ada yang bertabur coklat,meses, kacang, strawberry, ataupun keju. pasti ada jenis terentu yang paling kita sukai, dan ada jenis terentu yang kita hindariyang mungkin belum pernah kita rasakan. sangat subjektif meman. donat yangkita sukai belum tentu menjadi favorit bagi orang lai, dan begitu pula sebaliknya. donat keju yang paling banyak digemari sekalipun (berdasarkandata lapangan yang ada) belum tentu diidamkan oleh semua orang. sangatlah wajar kiranya, akan bijak bila kemudian kita memberanikan diri untuk mencoba varian donat yang ada. cobalah kita nikmati setiap bagianya, inci demi inci. saya yakin kita peroleh kelezatan juga disana.

Minggu, 24 Juli 2011

Menjunjung Moral Positif

Dalam hidup ini, yang paling sulit bagi seseorang adalah memutuskan untuk memilih jalan hidup yang benar.
Dan yang lebih sulit lagi, mempertahankan jalan hidup yang benar itu hingga sampai tujuan, yaitu mardhatillah.


Suatu haru ketika saya mengajar di TPA, saya menyimak baca’an iqro’ seorang snatri. Dari catatan kartu prestasinya, saya mengetahui bahwa santri tersebut sudah sampai jild tiga. Tapi ada satuhal yang mengganjal dan membuat hati saya miris.meski sudah jilid 3, bacaanya cukup memprihatinkan (kalau tidak boleh bilang “payah”). Bacaan panjang pendek nya yang semestinya sudah lancer di jilid 2 di terobos begitu saja. Bahkan sering kali ia mesti berpikir cukup lamauntuk mengetahui apa bunyi huruf yang di bacanya. Saya kemudian berpikiran kalau di lanjutkan terus akan berabe jadinya. Lantas saya minta ulang untuk mengulang kembali jilid sebelumya. Tapi ia bersi keras menolak. “kemarin waktu disimak pak ustad aja aku di bilang lancer. Masa’ di suruh ngulang ke jilid dua? Pokoknya besok gag mau deh ngaji sama ustad galak lagi “ begitu selorohnya. Alih alih saran di terima, saya malah mendapat predikat baru: “ustad galak”

Permulaan beginning, atau starting point di yakini merupakan hal yang sangat menentukan bagi kelanjutan suatu hal. Ia ibarat fondasi bagi sebuah bangunan. Kalau fondasi tersebut kuat, niscaya bangnan di atasnya akan tertopang dengan kokoh. Sebaliknya, bila fondasi itu lemah dan rapuh niscaya dalam waktu singkat bangunan tersebut akan rubuh. Ia juga di ibaratkan sebagai sebuah mata air di puncak gunung. Jika ia jernih, niscaya air yang mengalir darinya pun akan jernih (kecuali ada orang sengaja yang mencemarinya). Demikian pula sebaliknya, kalau mata airnya saja sudah keruh tidak mungkin air yang mengalir darinya akan jernih.
Melakukan sebuah permulaan memang sering kai tidak mengenakan; menjenuhkan, tidak menarik, dan membosankan. Terlebih lagi membuat permulaan yang tepat. Tapi, justru di sanalah kuncinya. Awal langkah yang di tapaklah yang akan menentukan seperti apa langkah langkah berikutnya. Ketika kita hendak pergi ke suatu kota , yang terlebih dahul mesti kita lakukan adalah mengetahui dimana letak kota yang di tuju.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCPenney Coupons